Membangun Kemandirian Teknologi: Saatnya Indonesia Produksi Mesin Lokal!

Indonesia, dengan segala potensi sumber daya dan sumber daya manusianya, seharusnya mampu berdiri di atas kaki sendiri dalam bidang teknologi. Impian untuk memiliki industri teknologi yang mandiri bukanlah isapan jempol belaka, tetapi sebuah keniscayaan yang harus segera diwujudkan. Salah satu langkah krusial dalam mewujudkan kemandirian tersebut adalah dengan memproduksi mesin lokal untuk berbagai bidang, mulai dari industri pertahanan hingga transportasi.

Kita memiliki contoh nyata, seperti mesin Rusnas yang pernah dikembangkan oleh BPPT (kini BRIN). Mesin ini adalah bukti bahwa Indonesia mampu menciptakan teknologi canggih. Pertanyaannya sekarang, bagaimana cara kita membawa teknologi ini dari sekadar prototipe menjadi produk massal yang bermanfaat bagi bangsa?

Ada beberapa opsi yang bisa dipertimbangkan. Pertama, produksi massal melalui anak usaha PT Pindad atau holding BUMN pertahanan Defend ID.

Kedua, penyerahan produksi ke pihak swasta. Ketiga, kolaborasi antara BUMN dan Badan Usaha Milik Universitas (BUMU) melalui skema joint venture (JV).

Masing-masing opsi memiliki kelebihan dan kekurangan. Produksi oleh BUMN menjamin kontrol negara dan potensi integrasi dengan industri pertahanan.

Namun, birokrasi dan keterbatasan fleksibilitas bisa menjadi kendala. Di sisi lain, swasta menawarkan efisiensi dan inovasi, tetapi kontrol negara dan potensi transfer teknologi ke pihak asing perlu diwaspadai.

Opsi ketiga, JV antara BUMN dan BUMU, tampaknya paling menjanjikan. Kolaborasi ini menggabungkan kekuatan riset universitas dengan kapasitas produksi dan jaringan BUMN. Contoh sukses JV antara BUMN dan pihak lain, seperti PT INKA, Pindad, dan lainnya, bisa menjadi model yang baik.
Selain mesin Rusnas, kita juga memiliki mesin turbojet 500 N yang dikembangkan oleh Dr. Firman Hartono dari ITB. Mesin ini adalah hasil kolaborasi lintas disiplin ilmu, menunjukkan bahwa sinergi antara berbagai pihak adalah kunci inovasi.

Dr. Firman Hartono menjelaskan bahwa mesin turbojet ini awalnya dirancang untuk misil, dengan pertimbangan material yang relatif mudah didapatkan di dalam negeri. "Pengoperasian mesin misil yang biasanya hanya selama satu hingga dua jam membuat material dasar mesin mudah dicari di dalam negeri tanpa perlu impor dari luar. Kebetulan di Indonesia juga belum dikembangkan," ujarnya.

Potensi mesin turbojet ini sangat besar. Jika dikembangkan lebih lanjut, mesin ini bisa digunakan untuk pesawat jet, membuka peluang baru bagi industri penerbangan Indonesia. Pertanyaannya, apakah produksi massal mesin ini sebaiknya diserahkan ke BUMN atau dikelola oleh BUMU?

Sama seperti mesin Rusnas, opsi JV antara BUMN dan BUMU tampaknya paling ideal. Kolaborasi ini memungkinkan transfer teknologi dari universitas ke industri, sekaligus memastikan kontrol negara atas teknologi strategis.
Namun, ada hal penting yang perlu diperhatikan: komitmen pemerintah.

Tanpa dukungan penuh dari pemerintah, semua rencana ini hanya akan menjadi angan-angan. Pemerintah harus berani berinvestasi dalam riset dan pengembangan teknologi, serta menciptakan ekosistem yang kondusif bagi inovasi.

Selain itu, juga haris diubah paradigma. Jika selama ini terlalu bergantung pada teknologi asing, saatnya percaya pada kemampuan diri sendiri dan berani mengambil risiko. Kemandirian teknologi adalah harga mati.

Ilmuan Indonesia harus belajar dari negara-negara lain yang sukses membangun industri teknologi mandiri. Korea Selatan, misalnya, berhasil menjadi raksasa teknologi berkat investasi besar-besaran dalam riset dan pengembangan, serta dukungan penuh dari pemerintah.
Indonesia memiliki semua potensi untuk mengikuti jejak mereka. Yang kita butuhkan adalah kemauan politik, komitmen, dan kerja keras. Dengan sinergi antara pemerintah, industri, dan akademisi, kita pasti bisa mewujudkan impian kemandirian teknologi.

Mesin Rusnas dan mesin turbojet 500 N adalah bukti bahwa Indonesia mampu menciptakan teknologi canggih.

Seharusnya ini menjadi titik awal untuk membangun industri teknologi yang kuat dan mandiri.

Saatnya Indonesia membuktikan kepada dunia bahwa kita bukan hanya konsumen teknologi, tetapi juga produsen teknologi. Dengan memproduksi mesin lokal, Indonesia telah membangun fondasi bagi kemajuan bangsa di masa depan.

Dibuat oleh AI
Share on Google Plus

About peace

0 komentar:

Posting Komentar